- Back to Home »
- Artikel »
- SERIBU TOPENG
Posted by : Unknown
Jumat, 13 Desember 2013
SERIBU
TOPENG
Jangan terpedaya oleh saya. Jangan terpedaya oleh topeng yang saya
pakai. Saya memakai seribu topeng. Topeng yang saya takut untuk
menanggalkannya. Topeng yang tak satupun mencerminkan wajah saya yang sebenarnya.
Kepura-puraan adalah satu seni yang sudah sehati dengan diri saya, tetapi
janganlah terpedaya.
Saya memberi kesan bahwa kedudukan saya dalam keadaan selamat. Semua
yang bersama saya bercahaya dan tenteram baik lahir maupun batin. Rahasia
adalah nama saya dan ketenangan adalah permainan saya. Air semuanya tenang dan
saya merasa berkuasa dan tidak memerlukan bantuan siapapun. Tapi jangan percaya
itu, tolong… jangan!
Penampilan luar saya kelihatan halus, tapi itu adalah topeng saya,
topeng yang selalu berubah dan menutupi wajah saya yang sebenarnya. Di bawah
topeng itu ialah ketidakpuasan hati, ketidaktenteraman, dan kegelisahan. Yang
dibalik topeng itu adalah diri saya yang sebenarnya, yang dalam kebingungan,
ketakutan, dan kesunyian. Tapi saya sembunyikan di diri saya. Saya tidak mau
siapapun mengetahuinya. Saya panik memikirkan kelemahan saya akan terbongkar.
Itulah sebabnya saya secara gila menciptakan topeng untuk berlindung, satu
pencarian yang rumit untuk membantu saya berpura-pura dan berlindung dari
pandangan mereka yang dapat mengenal saya. Tapi pandangan seperti itu
sebenarnya adalah pandangan penyelamat saya. Itulah satu-satunya yang dapat
membebaskan saya daripada saya yang terpenjara oleh dinding penjara buatan
sendiri, dari dinding pemisah yang bersusah payah saya bina. Tapi saya tidak
menyatakan perkara ini kepada kamu, saya tak berani, saya takut.
Saya takut pada pandangan kamu yang tidak diikuti dengan kasih sayang
dan penerimaan. Saya takut kamu memperkecilkan saya. Kamu akan menertawakan
saya dan ketawa kamu akan membunuh saya. Saya takut bahwa jauh dalam diri saya,
saya bukan apa-apa, saya tak berguna dan kamu akan melihatnya dan menolak saya.
Oleh karena itu, saya akan bergelimang dengan permainan kesukaan saya, kepura-puraan,
dan berputus asa. Dengan kepastian palsu diluar dan seorang kanak-kanak
menggigil di dalamnya.
Saya sangat ingin menjadi manusia tulen, bersahaja, dan diri sendiri,
tapi kamu harus menolong saya. Bantulah saya dengan mengulurkan kedua belah
tangan kamu. Walaupun itulah yang terakhir yang saya ingin dan perlukan. Setiap
kamu bersikap baik, lembut, dan memberikan dorongan. Setiap kali kamu mencoba
memahami saya karena kamu benar-benar memperhatikan diri saya, hati saya mulai
tumbuhkan sayap. Sayap yang sangat kecil dan lemah. Tapi benar-benar sayap.
Dengan kepekaan dan simpati kamu dan upaya kamu untuk memahami saya, saya dapat
melakukannya, saya dapat memperbaiki. Kamu menghidupkan kembali jiwa saya yang
telah lama terkubur. Memang tidak mudah bagi kamu untuk melakukannya.
Keyakinan yang lama pada sesuatu yang tak berarti, berupaya membina
dinding yang teguh. Tetapi kasih sayang lebih teguh daripada dinding, dan
disitulah harapan saya. Tolong jangan robohkan dinding itu dengan tangan yang
kukuh, tapi dengan tangan yang lembut karena didalamnya ada seorang kanak-kanak
yang sensitif dan saya adalah seorang kanak-kanak.
Siapa saya, kamu mungkin heran? Saya adalah orang yang betul-betul kamu
kenal. Saya adalah setiap laki-laki, setiap wanita, setiap kanak-kanak, setiap
yang kamu temui.***
(Sumber : Jurnal MQ Vol.1/No.5/September
2001)