Popular Post

Posted by : Unknown Jumat, 29 November 2013

TAFSIR SURAT AL-‘ALAQ DAN ALMU’MINUN AYAT 12-17

A.    Sejarah Turunya Surat Al-‘Alaq
Surat al-‘Alaq yang terdiri dari 19 ayat ini tergolong surat yang diturunkan di Makkah (Makkiyah). Hubungannya dengan surat sebelumnya (yaitu surat al-Tin) adalah bahwa pada surat sebelumnya itu dibicarakan tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sedangkan dalam surat al-‘Alaq ini dibacarakan tentang penciptaan manusia dari al-‘Alaq (segumpal darah) sehingga nasibnya di akhirat nanti. Dnegan demikian surat al-‘Alaq ini tak ubahnya seperti al-Syarb wa al-Bayan (penjelasan dan keterangan) terhadap keterangan terdahulu.
Para ahli tafsir pada umumnya berpendapat bahwa ayat pertama sampai dengan ayat kelioma surat ini termasuk ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu pada waktu ia berkhalwat di gua Hira’. Berkenaan dengan ini Abi Al-Fida’ Isma’il Ibn Katsir menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW pertama kali menerima lima ayat surat al-‘Alaq ini ketika ia sedang bertahannust (beribadah) di gua Hira. Pada saat itu malaikat (Jibril) datang kepada Nabi Muhammad SAW dan menyuruh membaca ayat-ayat tersebut, dan setelah tiga kali malaikat (Jibril) tersebut, barulah Nabi dapat membaca kelima ayat tersebut. Pada saat itu Nabi Muhammad merasakan sangat berat, berkeringat dan perasaan yang sulit dilukiskan, hingga ia meminta istrinya, Siti Khadijah untuk menyelimutinya untuk menghilangkan perasaan cemas , kaget dan sebagainya. Setelah diselimuti selendang oleh Siti Khadijah. Khadijah kemudian berkata, bergembiralah engkau, karena Allah tidak mungkin menyia-nyiakanmu selama-lamanya. Engkau akan mendapatkan kasih saying-Nya. Engkau adalah orang yang senantiasa benar dalam ucapan, rela menanggung penderitaan, memberi perhatian terhadap orang-orang yang lemah dan selalu menegakkan kebenaran. Selanjutnya untuk memperoleh kemenangan dan kebenaran apa yang dialaminya itu, Siti Khadijah mengajak serta Nabi Muhammad Saw menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abd al-‘Izziy bin Qushai yang merupakan putra pamannya Khadijah atau Saudara dari ayahnya Khadijah yang dikenal sebagai orang yang dapat menulis huruf Arab dan pernah pula menulis Injil dalam Bahasa Arab. Pada saat itu Waraqah sudah amat tua dan tidak lagi dapat melihat (buta). Khadijah berkata, dengarkanlah hai anak pamanku apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini. Waraqah berkata, hai anak saudaraku, apa yang kamu lihat? Nabi Muhammad kemudian menjelaskan kepada Waraqah mengenai apa yang dilihatnya. Waraqah selanjutnya berkata bahwa apa yang kamu terima itu adlah al-namus (ajaran-wahyu) yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa as, dan mudah-mudahan aku masih hidup pada saat kau diusir oleh kaummu. Nabi Muhammad berkata: apakah mereka itu akan mengusirku” Waraqah menjawab benar. Riwayat ini dapat dijumpai dalam kitab Shahih Bukhari-Muslim.

B.     Kandungan Surat Al-‘Alaq
Kandungan Surat al-Alaq selengkapnya berbunyi:
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæz`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ   Hxx. ¨bÎ) z`»|¡SM}$# #ÓxöôÜuŠs9 ÇÏÈ   br& çn#u䧠#Óo_øótGó$# ÇÐÈ   ¨bÎ) 4n<Î) y7În/u #Ótëô_9$# ÇÑÈ   |M÷ƒuäur& Ï%©!$#4sS÷Ztƒ ÇÒÈ   #´ö7tã #sŒÎ) #©?|¹ ÇÊÉÈ   |M÷ƒuäur& bÎ) tb%x. n?tã #yçlù;$# ÇÊÊÈ   ÷rr& ttBr& #uqø)­G9$$Î/ ÇÊËÈ   |M÷ƒuäur& bÎ) z>¤x. #¯<uqs?ur ÇÊÌÈ   óOs9r& Ls>÷ètƒ¨br'Î/ ©!$# 3ttƒ ÇÊÍÈ   žxx. ûÍ.s! óO©9 ÏmtG^tƒ $Jèxÿó¡oYs9 ÏpuŠÏ¹$¨Z9$$Î/ ÇÊÎÈ   7puŠÏ¹$tR >pt/É»x. 7py¥ÏÛ%s{ ÇÊÏÈ   äíôuù=sù ¼çmtƒÏŠ$tR ÇÊÐÈ   äíôuZy spuÏR$t/¨9$#ÇÊÑÈ   žxx. Ÿw çm÷èÏÜè? ôßÚó$#ur >ÎŽtIø%$#ur ) ÇÊÒÈ  
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
Karena Dia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
Seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
Atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
Tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
Ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).

            Pada alam jagat raya dengan segala hukum kausalitas yang ada didalamnya, dan pada diri manusia. Berbagai ayat tersebut jika dibaca dalam arti ditelaah, diobservasi, diidentifikasi, dikategorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu pengetahuan. Membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur’an dapat menghasilkan ilmu agama islam seperti Fiqih, Tauhid, Akhlak dan sebagainya. Sedangkan membaca ayat Allah yang ada dijagat raya dapat menghasilkan sains seperti fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi, botani dan lain sebagainya. Selanjutnya dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi dan lain sebagainya, dan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa. Dengan demikian karena obyek ontology seluruh ilmu tersebut adalah ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya ilmu itu pada hakekatnya milik Allah, dan harus diabdikan untuk Allah. Manusia hanya menemukan dan memanfaatkan ilmu-ilmu tersebut. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut ditujukan untuk mengenal, mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian ayat pertama surat al-‘Alaq ini terkait erat dengan obyek, sasaran dan tujuan pendidikan.
            Kedua, ayat yang berbunyi,
            Secara harfiah kata al-‘alaq yang terdapat pada ayat tersebut menurut al-Raghib al-Asfahani berarti al-damm al-jamid yang berarti darah yang beku. Sedangkan menurut al-Maraghi ayat tersebut menjelaskan bahwa Dialah (Allah) yang menjadikan manusia dari segumpal drah menjadi makhluk yang paling mulia, dan selanjutnya Allah memberikan potensi (al-Qudrah) untuk berasimilasi dengan segala sesuatu yang ada dialam jagat raya yang selanjutnya bergerak dengan kekuasaan-Nya, sehingga ia menjadi makhluk yang sempurna, dan dapat menguasai bumi dengan segala isinya. Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika Dia memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhmmad SAW, sekalipun sebelum itu ia belum pernah belajar membaca. Dengan demikian ayat ini memberikan informasi tentang pentingnya memahami asal-usul dan proses kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.











Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © danianggara - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -