- Back to Home »
- resensi novel sang pemimpi
Posted by : Unknown
Jumat, 29 November 2013
Nama : Dani Anggara
NPM : 13732010
Program Studi : Mekanisasi Pertanian
RESENSI NOVEL SANG PEMIMPI
1. Judul resensi
Perjuangan Menggapai Mimpi
2. Identitas Novel
Judul :
Sang Pemimpi
Pengarang :
Andrea Hirata
Penerbit :
PT Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2006
Tempat terbit : Yogyakarta
Halaman :
292 Halaman
3. Sinopsis
Novel ini menceritakan tiga orang pemimpi yang setelah tamat SMP
melanjutkan ke SMA. Disinilah
perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Ikal,
salah satu dari anggota laskar pelangi, Arai
saudara sepupu ikal yang sudah yatim piatu sejak SD dan tinggal dirumah Ikal,
sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh ayah dan ibu Ikal dan Jimbron,
anak angkat seorang pendeta yang diangkat karena yatim piatu sejak kecil.
Namun pendeta yang sangat baik dan tidak memaksakan keyakinan kepada Jimbron, ia
malah mengantarkan jimbron menjadi muslim yang taat. Arai
dan Ikal
begitu pintar disekolahnya, sedangkan
Jimbron
sang penggemar kuda ini biasa-biasa saja. Malah menduduki peringkat 78 dari 160
siswa. Sedangkan Arai dan Ikal
selalu berada diurutan terdepan.
Mimpi mereka sangat tinggi,
karena bagi Arai, orang susah seperti mereka tidak akan berguna tanpa
mimpi-mimpi. Arai dan ikal mempunyai mimpi yang tinggi yaitu mereka ingin
melanjutkan study ke Sarbonne, Perancis.
Mereka terpukau dengan cerita pak Belia,
guru seninya yang selalu menyebut-nyebut keindahan kota itu. Kerja keras menjadi
kuli mulai pukul 2
sampai pukul 7 pagi dan dilanjutkan dengan
menuntut
ilmu di SMA bukan main. Itulah perjuangan ketiga sang pemimpi itu. Ketiganya
mati-matian menabung untuk mewujudkan cita-citanya. Meskipun kalau dipikir
dengan logika, tabungan mereka tidak akan cukup untuk mencapai kesana. Tapi
jiwa optimisme Arai tak terpatahkan
serta kerja kerasnya yang dilakukan dengan sepenuh hati. Setelah
selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke
Jawa.
Sedangkan
Jimbron
lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong.
Jimbron menghadiahkan kedua celengan
kudanya yang berisi tabungannya selama ini, kepada Ikal
dan Arai.
Dia yakin bahwa Arai dan Ikal
akan sampai ke Perancis, maka
jiwa Jimbron
akan selalu bersama mereka. Berbulan-bulan Arai
dan Ikal luntang-lantung di Bogor mencari
pekerjaan untuk bertahan hidup.
Akhirnya setelah banyak pekerjaan yang tidak menerimanya, Ikal
diterima menjadi tukang sortir ( tukang pos ) dan Arai
memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun
berikutnya, Ikal berhasil kuliah di fakultas ekonomi UI, dan setelah lulus ia mengikuti
seleksi beasiswa S2 ke Eropa dan
beribu-ribu pesaing lainnya berhasil ia singkirkan, dan
akhirnya sampai pada tahap seleksi 15 besar. Saat
wawancara tiba, tidak disangka, profesor penguji begitu terpukau dengan proposal
riset yang diajukan oleh Ikal. Meskipun
hanya berlatar belakang sarjana ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang
sortir, proposalnya begitu hebat. Akhirnya setelah wawancara selesai, siapa
yang sangka Ikal pun mengikuti dan berhasil masuk 15 besar dalam memperebutkan
beasiswa S2 ke Eropa.
Bertahun-tahun tanpa kabar, akhirnya mereka berdua dipertemukan kembali dalam
suatu forum yang begitu hebat. Begitulah Arai,
selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanakannya bertahun-tahun.
Ternyata Arai kuliah di Universitas Mulawarman
dan mengambil jurusan Biologi. Tak
kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu hebat, dan membuat sang penguji
terkejut karena menghasilkan teori baru. Sambil
menunggu surat keputusan beasiswa itu, mereka pulang ke kampungnya di Belitong.
Dan setelah berbulan-bulan menunggu, akhirnya surat hasil keputusan beasiswa
itu pun tiba, mereka berdebar-debar membuka isi surat tersebut. Tetapi Arai
juga merasa sedih karena dia sangat merindukan orang tuanya. Ia sangat ingin
membuka surat itu bersama kedua orang tuanya. Kegelisahan dimulai, akhirnya
surat itu menyatakan bahwa Arai dan Ikal
berhasil lulus mendapatkan apa yang dicita-citakan yaitu beasiswa ke Eropa
tepatnya dikota impian mereka, Sarbonne.
Ternyata
inilah jawaban dari mimpi-mimpi mereka selama ini. Kedua sang pemimpi ini di
terima di universitas yang sama. Tapi ini bukan akhir dari segala mimpi-mimpi
mereka. Disinilah perjuangan dari mimpi-mimpi mereka itu dimulai.
1) Unsur Intrinsik
- Tema
Tema yang tersirat dalam novel Sang Pemimpi ini
adalah “persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta
kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi
atau pengharapan”.
atau pengharapan”.
Penokohan dan Perwatakan
Tokoh
Utama
- Ikal adalah anak kampung yang miskin, sahabat
Arai sekaligus saudara jauh Arai. Dia adalah sprinter di SMAnya, ia menampilkan kebolehannya ketika
ia dikejar oleh Pak Mustar dkk.
- Arai adalah tokoh sentral dalam buku ini.
Menjadi saudara angkat Ikal ketika kelas 3 SD saat ayahnya (satu-satunya
anggota keluarga yang tersisa) meninggal dunia. Seseorang yang mampu
melihat keindahan di balik sesuatu, sangat optimis dan selalu melihat
suatu peristiwa dari kaca mata yang positif. Arai adalah sosok yang begitu
spontan dan jenaka, seolah tak ada sesuatupun di dunia ini yang akan
membuatnya sedih dan patah semangat.
- Jimbron, anak yatim piatu yang diasuh oleh
seorang pastur Katolik (pendeta) bernama Geovanny.Laki-laki berwajah bayi dan bertubuh subur ini
sangat polos. Segala hal tentang kuda adalah obsesinya, dan gagapnya berhubungan dengan sebuah peristiwa
tragis yang memilukan yang dia alami ketika masih SD , dulu ayahnya
sekarat di depan matanya maka ia membawa ayahnya dengan sepeda yang lajunya lama, sampai di puskesmas ayahnya meninggal di depan
matanya dan waktu ditanyai orang-orang di sudah terlanjur gagap karena
terlalu banyak menangis sampai tersendat-sendat ia selalu berfikir jika
saja waktu itu dia menaiki kuda pasti ayahnya tertolong. Jimbron adalah
penyeimbang di antara Arai dan Ikal, kepolosan dan ketulusannya adalah
sumber simpati dan kasih sayang dalam diri keduanya untuk menjaga dan
melindunginya.
Tokoh
Lain
- Pendeta Geovanny, ia adalah seorang Katolik yang mengasuh Jimbron selepas kepergian kedua orangtua Jimbron.
Meskipun berbeda agama dengan Jimbron, beliau tidak memaksakan Jimbron
untuk turut menjadi umat Katolik. Bahkan beliau tidak pernah terlambat
mengantar Jimbron pergi ke mesjid untuk mengaji. Meski disebut Pendeta,
Geovanny yang berdarah Italia ini adalah seorang Pastor.
- Pak Mustar M. Djai'din. BA. adalah salah satu
pendiri SMA Negeri Manggar. Ia adalah wakil kepala
sekolah SMA Negeri Manggar, seorang yang baik dan cukup sabar namun
berubah menjadi tangan besi ketika anaknya sendiri justru tidak diterima
masuk ke SMA tersebut karena NEMnya kurang 0,25 dari batas minimal.
Terkenal dengan aturan-aturannya yang disiplin dan hukuman yang sangat
berat. Namun sebenarnya beliau adalah pribadi yang sangat baik dan patut
dicontoh.
- Pak Drs. Julian Ichsan Balia; Kepala Sekolah
SMA Negeri Manggar. Laki-laki muda, tampan, lulusan IKIP Bandung yang
masih memegang teguh idealisme. Ia mengajar di bidang seni.
- Nurmala; Zakiah Nurmala binti Berahim
Mantarum,gadis pujaan Arai sejak pertama kali Arai melihatnya. Nurmala
adalah gadis yang pandai, selalu menyandang ranking 1. Ia juga penggemar Ray
Charles dengan lagunya "I Can't Stop Loving You" dan Nat King
Cole dengan lagunya When I Fall in Love.
- Laksmi; gadis pujaan Jimbron. Telah kehilangan
kedua orangtuanya dan tinggal serta bekerja di sebuah pabrik cincau.
Semenjak kepergian orangtuanya ia tidak pernah lagi tersenyum, walaupun
senyumnya amat manis. Ia baru dapat tersenyum ketika Jimbron datang
mengendarai sebuah kuda putih milik Capo.
·
Latar
Dalam novel ini disebutkan latarmya yaitu di
Pulau Magai Balitong, los pasar dan dermaga pelabuhan, di gedung bioskop,di
sekolah SMA Negeri Bukan Main, terminal Bogor, dan Pulau Kalimantan. Waktu yang digunakan pagi, siang,
sore, dan malam. Latar nuansanya lebih berbau melayu dan gejolak remaja yang diselimuti impian-impian.
- Alur
Dalam novel ini menggunakan alur gabungan (alur
maju dan mundur). Alur maju ketika pengarang menceritakan dari mulai kecil
sampai dewasa dan alur mundur ketika menceritakan peristiwa waktu kecil pada
saat sekarang/dewasa.
- Gaya
Penulisan
Gaya penceritaan novel ini sangat sempurna.
Yaitu kecerdasan kata-kata dan kelembutan bahasa puitis. Setiap kata-katanya mengandung banyak makna. Penyampaian cerita yang cerdas dan menyentuh, penuh inspirasi dan imajinasi.
§ Amanat
Amanat yang disampaikan dalam Sang Pemimpi ini
adalah jangan berhenti bermimpi. Hal itu sangat jelas pada tiap-tiap sub bab-nya. Karena sesungguhnya
manusia memiliki kemampuan untuk menggapai mimpinya itu,namun terhalang oleh
keterbataasan. Akan tetapi selagi kita memiliki kemauan dan semangat untuk
menggapai mimpi itu maka Allah SWT juga akan memberikan titik terang (jalan)
untuk mencapainya. Selain itu, dijelaskan mengenai toleransi dalam hal
kepercayaan (agama) yang digambarkan oleh Jimron (muslim) dan ayah angkatnya
yang beragama Katolik.
·
Sudut Pandang
Sudut pandang
novel ini yaitu “orang pertama” (aku). Dimana penulis memposisikan dirinya sebagai tokoh Ikal
dalam cerita.
2) Unsur Ekstrinsik
- Nilai
Moral
Nilai moral pada novel ini sangat kental.
Sifat-sifat yang tergambar menunjukkan rasa kemanusiaan yang terang dalam
diri seorang remaja tanggung dalam menyikapi kerasnya kehidupan dan mempunyai perangai yang baik dan rasa setia kawan
yang tinggi.
- Nilai Sosial
Ditinjau dari nilai sosialnya, novel ini begitu
kaya akan nilai sosial. Hal itu dibuktikan rasa setia kawan yang begitu tinggi antara
tokoh Ikal, Arai, dan Jimbron. Masing-masing saling mendukung dan membantu antara
satu dengan yang lain dalam mewujudkan impian-impian mereka.
·
Nilai Adat istiadat
Nilai adat di sini juga begitu kental terasa.
Adat kebiasaan pada sekolah tradisional yang masih mengharuskan siswanya mencium
tangan kepada gurunya, ataupun mata pencaharian
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah.
warga yang sangat keras dan kasar yaitu sebagai kuli tambang timah.
- Nilai
Agama
Nilai agama pada novel ini juga secara jelas
tergambar. Terutama pada bagian-bagian dimana ketiga tokoh ini belajar dalam
sebuah pondok pesantren. Serta nilai toleransi
juga dijelaskan dalam novel ini, yang digambarkan oleh tokoh Jimbron dan Ayah
angkatnya.
4. Kepengarangan
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir
di pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata sendiri merupakan anak keempat
dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah
desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau
Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup
mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan
motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan
keperihatinan.
Nama Andrea Hirata sebenarnya
bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir ia diberi nama
Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun
menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama
itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said
Harun sejak ia remaja.
5. Penilaian terhadap novel
1) Kelebihan
Banyak kelebihan-kelebihan
yang didapatkan dalam novel ini. Mulai dari segi kekayaan bahasa hingga
kekuatan alur yang mengajak pembaca masuk dalam cerita. Hal ini tak lepas dari
kecerdasan penulis memainkan imajinasi berfikir yang
dituangkan dengan bahasa-bahasa intelektual yang berkelas. Selain itu, kelebihan
lain daripada novel ini yaitu kepandaian Andrea dalam mengeksplorasi
karakter-karakter sehingga kesuksesan
pembawaan yang melekat dalam karakter tersebut begitu kuat.
2) Kelemahan
Pada dasarnya novel ini hampir tiada kelemahan.
Hal itu disebabkan karena penulis dengan cerdas dan apik menggambarkan
keruntutan alur, deskripsi setting, dan kekuatan karakter. Baik ditinjau dari
segi kebahasaan hingga sensasi yang dirasakan pembaca
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
sepanjang cerita, novel ini dinilai cukup untuk mengobati keinginan pembaca yang haus akan novel yang bermutu.
6. Penutup
a. Kesimpulan
Novel ini begitu menarik untuk dibaca. Namun, butuh
intelektual dan pemahaman yang luar biasa untuk memahami isi ceritanya.
b. Saran
Dalam membaca novel ini alangkah
baiknya tidak dibaca hanya 1 kali, perlu beberapa kali agar kita faham akan isi novel ini, dan diperlukan wawasan psikologi
serta filsafat yang hebat.