- Back to Home »
- Teknologi pertanian »
- makalah hidroponik
Posted by : Unknown
Senin, 02 Desember 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Buah
tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai
ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal
peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata
produksinya, ternyata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 6,3 ton/ha jika
dibandingkan dengan negara-negara Taiwan, Saudi Arabia dan India yang
berturut-turut 21 ton/ha, 13,4 ton/ha dan 9,5 ton/ha. Rendahnya produksi tomat
di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur
teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama atau penyakit yang kurang
efisien.
Sejak
manusia mengenal pertanian, tanah merupakan media tanam yang paling umum
digunakan dalam bercocok tanam. Seiring dengan perkembangan jaman dan dipacu
oleh keterbatasan lahan yang dimiliki seperti tanah yang sempit atau tanah yang
tidak subur, orang mulai bercocok tanam dengan menggunakan media tanam bukan
tanah, seperti air, pasir dan lain-lain.
Hidroponik
merupakan salah satu alternatif cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics
(pengerjaaan), sehingga hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media
tanam air. Pada awalnya orang mulai menggunakan air sebagai media tanam
mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal tanaman hias
yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada perkembangan
selanjutnya orang mulai mencoba media tanam yang lain, kemudian membandingkan
keuntungan dan kerugiannya, sehingga selain media tanam air (kultur air)
dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus (kultur agregat)
seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu, arang sekam
dan lain-lain.
Sejarah
hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggeris sudah
dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang sangat
berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS)
berhasil menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air
mineral. Pada tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok
tanam hidroponik untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika
Serikat. Dari sini hidroponik terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia
hidroponik mulai dikembangkan pada sekitar tahun 1980.
1.2
Tujuan
1. Untuk
mengetahui cara budidaya tanaman tomat secara hidroponik dengan menggunakan
media padat dari bibit.
2. Untuk
mengetahui pengaruh pemberian larutan nutrisi hidroponik terhadap pertumbuhan
bibit tomat.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Salah
satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang layak disebarluaskan adalah
teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan oleh semakin langkanya sumberdaya
lahan, terutama akibat perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan
usaha pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga
lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan alternatif
bagi para petani yang memiliki lahan sempit atau yang hanya memiliki pekarangan
rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha yang dapat dijadikan sebagai
sumber penghasilan yang memadai.
Kemampuan
tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara
pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan
produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal sertta pola
tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah
dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya tanaman yang
diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik. Dengan
sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungannya seperti suhu, kelembaban
relatif dan intensitas cahaya, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama
sekali dan serangan hama penyakit dapat diperkecil (Wijayani, 2005).
Perbedaan
paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional adalah
penyediaan nutrisi tanaman. Pada budidaya konvensional, ketersediaan
nutrisi untuk tanaman sangat tergantung pada kemampuan tanah menyediakan
unsur-unsur hara dalam jumlah cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu
biasanya berasal dari dekomposisi bahanbahan organik dan anorganik dalam
tanah yang terlarut dalam air. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur
hara dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan. Pada
budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia dalam jumlah
yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk
larutan yang bahannya dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik. Pemberian
nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman. Ketersediaan
nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak
penerapan budidaya tanaman hidroponik (Siswadi, 2008).
Jenis
hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk tempat berdiri
tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril),
sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam
media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut
dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolit, atau tanpa media agregat
(hanya air). Yang terpenting adalah bahwa media tanam tersebut suci hama
sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainya (Anonim, 2006).
Pemenuhan
kebutuhan nutrisi bisa anda peroleh dengan cara memberi berbagai macam pupuk
khusus hidroponik dengan formulasi tertentu yang banyak tersedia ditoko-toko
pertanian. Dalam fase awal pertumbuhan perlu perawatan secara rutin, misalnya
dipagi hari tanaman perlu dikenakan sinar matahari. Kemudian juga perlu
pemupukan secara rutin dalam setiap dua hingga lima hari sekali. Gunakan pupuk
NPK Grand S 15 sebanyak satu sendok makan untuk kemudian larutkan kedalam
sepuluh liter air. Masukkan larutan pupuk ini kedalam pot dasar sesuaikan dengan
ketersediaan air dalam pot (Anonim, 2007).
Menurut
Susila (2006), peralatan dasar yang diperlukan untuk memenuhi kriteria tersebut
di atas adalah :
1. Tempat
tumbuh tanaman, seperti bak atau kolam penampung, pot, dan bedengan.
Diusahakan agar tempat tumbuh tanaman
dijaga kebersihannya secara berkala dengan membersihkan dan menghilangkan
tumbuhan atau tanaman lain yang tidak diinginkan (terutama dalam bedengan atau
kolam penampung).
2. Aerator
Alat ini dipakai untuk tercukupinya
oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan
mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar dan respirasi.
3. Larutan
Nutrisi
Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan
air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas
hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi ion
nutrisi dan suhu. Unsur hara ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, P,
S, K, Ca, dan Mg) dan mikro ( B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, dan Zn). Pada umumnya
kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity
(EC) larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi larutan semakin tinggi arus
listrik yang dihantarkan (karena pekatnya kandungan garam dan akumulasi ion
mempengaruhi kemampuan untuk menghantarkan listrik larutan nutrisi tersebut).
Larutan nutrisi dapat dibuat sendiri dengan melarutkan pupuk yang diramu khusus
untuk tanaman hidroponik atau membeli pupuk hidroponik secara komersial.
Agoes
(2000), mengatakan bahwa berbeda dengan media tanam tanah yang berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan sumber makanan, media tanam air, pasir dan agregat
hanya sebagai tempat tumbuh saja tidak menyediakan makanan bagi tanaman,
sehingga bercocok tanam sistem hidroponik mutlak memerlukan pupuk sebagai
sumber makanan bagi tanaman. Pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan harus
mengandung unsur makro (Nitrogen Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium dan
Belerang) dan unsur mikro (Mangan, Tembaga, Borium, Seng dan Molibdin). Larutan
pupuk dapat dicampur sendiri dengan dosis tertentu sesuai dengan kebutuhan
tanamannya. Bahan yang sering dipakai antara lain amonium sulfat, potasium
nitrat, monocalsium fosfat, magnesium sulfat, iron sulfat, mangan sulfat, bubuk
asam boric, seng sulfat dan tembaga sulfat. Kalau yang lebih praktis pakailah
nutrien sudah jadi seperti Excell dengan dosis pemakaian sudah tertera pada kemasannya
Pupuk untuk tanaman yang ditanam di tanah
juga bisa dipakai berhidroponik, yang penting pupuk tersebut mudah larut dalam
air dan tahan lama dipakai. Umumnya yang dipakai untuk keperluan berhidroponik
adalah pupuk majemuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro sekaligus.
Unsur makro berfungsi untuk menumbuhkan struktur vegetatif dan produksi. Unsur
mikro berfungsi sebagai pelengkap esensial vital bagi rasa, kadar gula, tingkat
kemanisan, warna, dan daya tahan tanaman terhadap gangguan penyakit. Beberapa
merek dagang pupuk majemuk itu antara lain Vitagro, Vitabloom, Gandasil,
Hyponex, dan Gromor. Penggemar hidroponik yang kreatif juga bisa meramu sendiri
kebutuhan nutrisi untuk tanamannya sesuai dengan pupuk buatan yang banyak
beredar di pasar. Misal satu sendok makan pupuk yang dicampur dengan 10 liter
air dan ditambah satu tetes Atonik sebagai pengganti unsur mikro dan unsur
esensial lain, sudah bisa dipakai sumber nutrisi bagi tanaman hias yang
dihidroponikkan. Begitu pula satu sendok makan urea, TSP, dan KCl yang
dilarutkan dalam 10 liter air ditambah 3 tetes Atonik atau Lauxin dapat dipakai sebagai sumber nutrisi bagi
tanaman yang dihidroponikkan. Jika pupuk yang digunakan tidak mudah larut dalam air,
larutan itu sebaiknya dibiarkan dulu satu malam sebelum dipakai (Siswadi,
2008).
Menurut Wijayani (2005), cara
budidaya secara hidroponik dengan membuat formula larutan yang dapat digunakan
untuk berbagai macam tanaman sayuran dan hias, anjurannya adalah N 140-300 ppm,
P 31-80 ppm dan K 160-300 ppm, tetapi untuk kebutuhan yang optimal belum
diketahui secara pasti. Lebih memerinci khusus untuk tanaman tomat secara
hidroponik kebutuhan N berkisar 300 ppm, P 80 ppm dan K 200 ppm. Penelitian
yang membandingkan formulasi larutan hara dari bahan kimia murni dengan larutan
hara siap pakai belum banyak dilakukan. Meskipun penggunaan varietas unggul
sering dilaporkan akan meningkatkan hasil tanaman tomat, tetapi pengujian
kualitas buah tomat belum banyak diteliti. Kenyataan bahwa kualitas buah tomat
Indonesia masih rendah mutunya sangat menarik untuk dikaji lebih jauh mengenai
bagaimana meningkatkan kualitas buah tomat dengan pemberian nutrisi yang tepat,
disamping tentu saja harus menggunakan varietas unggul.
Agoes (2000),
mengatakan bahwa ada beberapa keuntungan
bercocok tanam secara hidroponik sebagai berikut.
1. Persoalan
sempitnya lahan bukan lagi menjadi masalah karena kegiatan bercocok tanam bisa
dilakukan di manapun, baik di dalam rumah, di kapal, di lahan kritis, di padang
pasir, maupun di tengah kota yang sempit.
2. Penanaman
tidak tergantung musim.
3. Media
tanam yang digunakan bisa berulang-ulang.
4. Jika
penanaman hodroponik diusahakan di dalam rumah kaca, risiko serangan hama dan
penyakit menjadi relatif lebih kecil.
5. Penggunaan
pupuk lebih efisien dan efektif tetapi tanaman mampu memberikan hasil dengan
kualitas dan kuantitas yang maksimal.
6. Bebas
dari gulma yang merugikan tanaman pokok.
7. Pertumbuhan
tanaman lebih terkontrol.
Untuk
keperluan hiasan, dengan menggunakan hidroponik dalam pot, maka tanaman akan
selalu tampak bersih sehingga peletakan tanaman dalam ruangan akan lebih
fleksibel. Selain itu dalam menempatkan pot-pot hidroponik untuk mendesign
interior ruangan rumah akan bisa lebih leluasa. Bila tanaman yang digunakan
adalah tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang dikehendaki,
tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang dipakai dalam pelarut
nutrisinya. Penggunaan tanaman buah-buahan seperti kedondong bangkok misalnya,
akan bisa menghasilkan penampakan tanaman yang dapat berbuah lebat sepanjang
waktu. Kuncinya adalah dengan mengatur C/N ratio, yakni melalui pemangkasan
pada cabang, batang dan daun yang tumbuh berlebihan. Disamping, pemangkasan
juga akan merangsang pembungaan dan pembuahan.
III.
BAHAN DAN METODE
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum Kapita Selekta Hortikultura yang berjudul “Budidaya
Tomat Pada Media Hidroponik” dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian
Universitas Jember pada hari Rabu, 14 Oktober 2009 pukul 14.30 WIB.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Bibit tomat
2. Nutrisi A, B Mix
3. Pupuk Gandasil B/ Gandapan
4. Pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-18
5. Media arang sekam, pupuk organik
(bokashi) dan pasir steril
6. Polybag 40 x 35 cm
7. Insektisida dan fungisida
8. Ajir bambu (4 buah panjang ± 2 m)
9. Rafia
3.2.2
Alat
1. Alat
ukur volume cairan
2. Cetok
3. Timba
plastik
4. Cutter
5. Penggaris
3.3
Cara Kerja
3.3.1
Penyiapan Media Dan Bahan
1. Menyiapkan
media tanam arang sekam, pupuk organik dan pasir steril dalam polybag 40 x 35
cm perbandingan media 1 : 1 : 1.
2. Menyiapkan
larutan nutrisi A B Mix dalam 30 liter air.
3. Menyiapkan
pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36.
4. Menyiapkan
nutrisi Gandasil B / Gandapan, Insektisida dan fungisida.
3.3.2.
Penanaman Dan Pemeliharaan
1. Masukkan
media tanam ke dalam polybag sampai 3/4 bagian dan pasang ajir pada polybag
lalu ikat dengan rafia.
2. Tanam
bibit ke dalam media dengan terlebih dahulu melepaskan polybag bibit.
3. Memadatkan
media di sekitar pangkal bibit.
4. Menyiramkan
media dengan air bersih.
5. Melakukan
penyiraman nutrisi A, B Mix.
6. Melakukan
pemupukan dengan NPK, Urea, KCL dan SP-36.
7. Melakukan
perawatan yaitu: Membuang tunas-tunas air, melakukan pengikatan batang ajir,
pengendalian OPT.
8. Parameter
pengamatan tinggi tanaman, jumlah ruas, jumlah daun lingkar buah dan jumlah
bunga.
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes, H. 2000. Mengenal
Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta. Agromedia Pustaka.
Anonim. 2006. Budidaya
Tomat Secara Komersial. Jakarta. Penebar Swadaya.
Anonim. 2007. Panduan
Lengkap Budi Daya Tomat. Jakarta. Agromedia Pustaka
Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem
Hidroponik. INNOFARM
: Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1, 2008 (103-110).
Susila, A. 2006. Panduan
Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan
Hortikultura. IPB.
Wijayani, A. dan Wahyu, W. 2005. Usaha Meningkatkan
Kualitas Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya Hidroponik. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.1, 2005: 77 – 83.
izin copas min buat referensi..
BalasHapussukses selalu....