- Back to Home »
- Artikel »
- MENAFAKURI RAYAP
Posted by : Unknown
Jumat, 13 Desember 2013
MENAFAKURI
RAYAP
Sungguh indahnya jikalau kita mampu mengambil aneka hikmah dari makhluk
apapun yang Allah SWT ciptakan di muka bumi ini. Rayap, misalnya, adalah salah
satu makhluk yang selama ini kita anggap lemah, hina, dan menjijikan. Akan
tetapi, sekiranya kita lebih bijak, maka kita pun akan dapat meluangkan waktu
dan kepedulian kita untuk berpikir tentang peranan dan manfaatnya bagi kita
semua, yang mungkin selama ini sangat terabaikan dari perhatian kita.
Peran rayap tercatat dalam Alquran terekam saat meninggalnya Nabi
Sulaeman a.s. Waktu itu, dengan karunia-Nya beliau meninggal tatkala berdiri
memegang tongkatnya. Luar biasanya lagi, tidak ada satu makhlukpun yang
mengetahui bahwa Nabi Sulaeman telah meninggal. Hingga suatu peristiwa
menunjukkan kematiannya, yaitu ketika beliu jatuh tersungkur akibat tongkat
yang menopangnya hancur dimakan rayap (QS. 34:14). Sebagai organime pemakan
kayu (selulosa), itulah memang sebagian dari misi keberadaan rayap; makan kayu.
Bagaimana rayap mampu melumat kayu? Kayu merupakan produk dari tumbuhan.
Tersusun dari unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambungan membentuk rantai
molekul. Unit-unit itu terikat dengan ikatan glikosidik. Sebagai polimer, kayu
melimpah keberadaanya di dunia, terdapat hampir 26,5 x 1010 ton. Manusia
memanfaatkannya dalam berbagai bentuk penggunaan (kertas, kain, bahan bakar,
dll) tetapi tak mampu menggunakannya sebagai sumber nutrisi (makanan).
Sebaliknya rayap mampu mencerna selulosa sebagai sumber nutrisinya.
Manusia sendiri tidak mampu mencernakan selulosa--bagian berkayu dari
sayuran yang kita makan, akan dikeluarkan lagi--, sedangkan rayap mampu
melumatkan dan menyerapnya sehingga sebagian besar ekskremen hanya tinggal
lignin-nya saja. Keadaan menjadi jelas setelah ditemukan berbagai protozoa
flagellata dalam usus bagian belakang dari berbagai jenis rayap (terutama rayap
tingkat rendah: Mastotermitidae, Kalotermitidae dan Rhinotermitidae), yang
ternyata berperan sebagi simbion untuk melumatkan selulosa sehingga rayap mampu
mencernakan dan menyerap selulosa. Bagi yang tidak memiliki protozoa seperti
famili Termitidae, bukan protozoa yang berperan tetapi bakteria--dan bahkan
pada beberapa jenis rayap seperti Macrotermes, Odontotermes dan Microtermes
memerlukan bantuan jamur perombak kayu yang dipelihara di "kebun
jamur" dalam sarangnya.
Makanan utamanya adalah kayu atau bahan yang terutama terdiri atas
selulosa. Dari perilaku makan yang demikian, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
rayap termasuk golongan makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya
sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan dalam ekosistem kita. Mereka
merupakan konsumen primer dalam rantai makanan yang berperan dalam kelangsungan
siklus beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Dari 2500 jenis rayap di dunia, 200 jenis di antaranya terdapat di Indonesia .
Sembilan koma lima
persen yang ada di Indonesia
tadi justru sangat bersahabat dengan manusia. Sedangkan lima persen rayap lainnya menjadi pengganggu
kehidupan manusia, yaitu jenis Cryptotermes curvidnathas, Schedorhinotermes
Javanica, Macrotermes gilvus, Cryptotermes cynocepha, dan Microtermes
inspiparis. Sikap bersahabat ini karena keberadaan rayap di suatu tempat dapat
menjadi indikator kesuburan lahan di lokasi tersebut. Tiada lain karena rayap
memang mampu menyuburkan lahan yang diringgalinya. Seekor rayap dapat
diumpamakan sebuah bioreaktor yang mampu melumatkan sampah, kayu, kertas dan
bahan lainnya, yang terdapat di dalam dan permukaan tanah.
Uniknya, rayap sebenarnya termasuk binatang purba karena sudah ada sejak
200 juta tahun silam, diduga lebih tua dari manusia. Dari waktu ke waktu jumlah
rayap terus meningkat mengingat peningkatan jumlah rumah karena meningkatnya
jumlah penduduk. Ditambah, hutan sebagai habitat asli rayap, juga mulai
berkurang karena dibuka untuk lahan pertanian dan perumahan. Karena tidak ada
ranting sebagai bahan makanan rayap, maka kusen pintu, jendela, sampai perabot
rumahlah yang jadi sasaran.
Dari 4000 jenis kayu yang ada
di Indonesia, hanya sekitar 10 persen saja yang tahan terhadap serangan rayap,
diantaranya kayu ulin, merbau, sengon laut, dan kayu laut. Kayu-kayu tersebut
memiliki zat ekstraktif yang bersifat racun bagi jamur dan rayap. Sebetulnya
semua jenis kayu memiliki zat tersebut, namun zat itu bisa habis tercuci oleh
bahan pelarut umum, seperti air hujan, metanol, air panas, air dingin, alkohol
dan sebagainya.
Terdapat keistimewaan yang luar biasa dari binatang ini, dari
keanekaragaman jenisnya sampai nilai manfaatnya bagi hidup dan kehidupan.
Kemampuan dan nilai manfaat rayap ini, mustahil dijelaskan dengan serangkaian
peristiwa kebetulan sebagaimana anggapan teori evolusi. Peristiwa kebetulan
tidak mampu memunculkan sejumlah mekanisme sempurna ini secara bersamaan.
Manusia, dengan akal dan ilmunya, tidak akan percaya bahwa peristiwa kebetulan
memunculkan desain ini. Rayap telah Allah ciptakan sebagai bagian dari
rancangan seluruh alam ini uamh didesain dengan Maha Sempurna.
Kelebihan nilai manfaat binatang yang satu ini adalah perwujudan ilmu
yang Mahaluas dari Sang Pencipta. Allah, Penguasa Seluruh Alam, adalah Pencipta
segala sesuatu. Dan seluruh makhluk hidup memperlihatkan tanda-tanda penciptaan
sempurna oleh Allah. "Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang
yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini". (QS. Al-Jaatsiyah [45]: 4) ***
(Sumber : Jurnal MQ Vol. 1/No.10/Februari
2002)